
Saya sudah sekitar sepuluh tahun lebih menulis naskah komedi untuk televisi. Sudah lama ya. Seperti para resi dan empu zaman dulu, ketika merasa ilmu sudah dikuasai dengan baik dan sudah berpengalaman maka harus bersiap-siap menyebarkan ilmu. Maaf, kalau saya terkesan agak sombong.
Nah, karena berpinsip yang sama dengan para empu, saya merasa kini sudah saatnya menulis buku perihal komedi. Semua yang namanya komedi mulai dari lawak hingga sinetron pernah saya tulis. Lika-liku menulis komedi pernah saya alami.
Kini saya ingin menyoroti dunia lawak kita. Saya sering melihat, para peserta lomba lawak yang begitu semangat ketika akan lomba. Swear, saya gembira melihatnya. Sejatinya, semangat dan keyakinan adalah permulaan untuk kemenangan. Tapi, apa boleh buat, yang saya lihat kemudian sang peserta itu kemudian tertunduk lesu bahkan menangis ketika usai beraksi di depan juri. Apa pasal? Ternyata lawakannya tidak “dibeli” para juri dan audiens yang melihat.
Di sini memang ada kesalahan. Semangat yang begitu besar ternyata tidak dibarengi oleh pengetahuan bagaimana melawak itu sebenarnya. Bermodal pengalaman mengkreatifi sebuah grup lawak dan menulisi naskah para pelawak, saya ingin memberikan beberapa trik dan tip melawak dalam buku yang sedang saya tulis. Mulai dari persiapan, cara membuat joke dan naskah hingga pemampilan di panggung.
Untuk sementara buku saya ini berjudul: Jangan Coba-Coba Melawak. Pasalnya, kebanyakan kita yang sudah bisa melucu di depan teman-temannya merasa sudah bisa melawak. Memang, sebab melucu itu gampang, melawak belum tentu! Tunggu ya bukunya!