SECARA tidak sengaja saya menonton kartun Upin Ipin. Tidak
sengaja karena yang mengganti saluran televisi adalah para keponakan dan saya sedang duduk di
situ. Upin Ipin diproduksi oleh sebuah rumah produksi di negara jiran kita (Malaysia) yang
terkadang mengesalkan itu. Adalah Les’ Copaque Production Sdn. Bhd. yang
memproduksi kartun dengan karakter dua bocah gundul ini pada 2007.
Lalu masuk ke Indonesia pada 2008 dan digemari hingga
sekarang. Sudah 17 tahun. Sejatinya cerita yang ditampilkan Upin Ipin biasa saja. Tema yang digarap masih berkisar tema umum yang digunakan
dalam cerita anak. Misalnya cerita soal menjaga kebersihan. Nah, kebetulan yang saya tonton ini cerita
Upin Ipin yang bertajuk “Jaga Kebersihan” .
Dalam cerita itu, Upin, Ipin, dan teman-temannya diajak
membersihkan kampung bersama-sama. Kampung mereka kotor karena banyak sampah
berserakan. Nah, Kak Ros dan Tok Dalang
turun tangan membimbing bocil-bocil yang agak resek itu. Dari sini dua bocah
undul dan teman-temannya belajar pentingnya menjaga kebersihan sebagai tanggung
jawab bersama. Episode ini menanamkan kesadaran pada anak-anak tentang dampak
sampah bagi kesehatan dan lingkungan. Jadi, bagus bukan sebagai tontonan anak.
Perihal buruknya gawai, Upin Ipin juga punya. Dengan tajuk “Ketagihan Gajet”, Upin, Ipin, dan
teman-temannya diceritakan mulai kecanduan bermain game di tablet dan ponsel. Waktu
mereka banyak dihabiskan untuk memelototi gawai daripada bermain di luar.
Akibatnya, mereka jadi malas belajar, kurang berinteraksi, dan fisik mereka
terlihat lesu. Kak Ros dan Opah kemudian
mengingatkan mereka pentingnya keseimbangan, membatasi penggunaan gawai.
Nah, saya tidak mempromosi Upin Ipin, namun cerita adik-adik Kak Ros ini cukup bagus sebagai bahan edukasi mengenai perilaku baik dan bermanfaat. Kartun ini telah menggunakan bahasa kebaikan. Marks Twain pernah bilang, “Kindness is a language which the deaf can hear and the blind can see.” Kebaikan adalah bahasa yang dapat didengar oleh orang tuli dan dilihat oleh orang buta. Eh, saya tidak sengaja mengatakan itu ya. Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar