
ISBN 978-979-29-0131-3
4x21cm, 222 halaman
Cetakan pertama, 2008
Harga: Rp 29.900
Melalui buku ini sejatinya saya ingin mengajak pembaca mengenal. Bagaimana sesungguhnya bahasa Indonesia jurnalistik itu. Soalnya, banyak di antara kita melihat Bahasa Indonesia jurnalistik dengan sinis. Bahkan, bahasa Indonesia jurnalistik acap disinisi sebagai perusak bahasa Indonesia. Padahal, tidak demikian adanya. Bahasa jurnalistik berusaha selalu patuh terhadap kaidah bahasa Indonesia. Hanya saja, bahasa Indonesia jurnalistik memang memiliki kekhasan karena digunakan sebagai media penyampai informasi.
Kendati begitu, bahasa jurnalistik banyak menyumbang kata dalam kosa bahasa Indonesia. Sebutlah kata Anda, heboh, santai, sadis, dan nyaris adalah sedikit contoh dari begitu banyak kata yang dilempar kaum jurnalis ke dalam bahasa Indonesia. Bukan hanya itu, bahasa jurnalistik pun banyak menyumbang ragam kalimat dalam bahasa Indonesia.
Kebutuhan memberi informasi yang padat, singkat, jelas, dan menariklah yang membuat bahasa jurnalistik menjadi sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Namun, apakah yang membuat sebuah tulisan di media massa menarik? Judul tulisan. Benar, judul-judul dalam media cetak begitu menarik. Jangan heran. Bab II buku ini akan memberikan panduan jitu membuat judul yang menggigit seperti itu. Baik itu judul untuk tabloid atau judul surat kabar.
Keinginan agar pembaca dapat membaca dengan nyaman. Media massa melakukan beberapa koreksi terhadap ejaan. Misalnya penggunaan titik untuk singkatan nama dalam tubuh tulisan sering diabaikan karena titik membuat pembaca tidak lancar menelusuri kalimat demi kalimat. Bukan cuma itu, media massa pun memberi beberapa tambahan dalam penggunaan tanda baca. Dengan begitu, ejaan kita menjadi lebih kaya.
Berbagai pernak-pernik dalam media cetak juga dibahas secara mendalam dalam Bab II. Kita dapat belajar bagaimana menuliskan gelar akademik, nama generik, dan nama geografis. Ini merupakan solusi dari kebingungan kita, mana yang benar Tanah Abang atau Tanahabang, gudeg Jogja atau gudeg jogja. Bahkan, media cetak kita pun menuliskan dengan tidak seragam.
Kejelasan informasi yang disampai adalah wajib bagi media massa. Adakah kata-kata yang dapat memperjelas informasi? Ada. Mari kita buka Bab III. Dalam bab ini kita akan melihat bagaimana perilaku kata sehingga dapat memperjelas informasi. Di samping itu pun penggunaan potensi bahasa daerah dan bahasa gaul dapat lebih membuat kalimat kita tepat sasaran.
Akhirnya pada bagian terakhir kita akan menelisik bagaimana sebuah kalimat itu menjadi informatif. Ternyata, kalimat informatif adalah kalimat yang bersubyek. Selain itu, penggunaan kekayaan budaya bahasa kita pun, seperti idiom dan peribahasa dapat lebih menajamkan informasi yang kita sampaikan. Selain itu, tentu saja kalimat kita menjadi lebih enak dibaca. Untuk membuat kalimat lebih ringkas, di antaranya kita bisa melakukan penghematan melalui ejaan dan kata kerja. Bagaimana caranya? Kita akan mendapatkan langkah-langkahnya dalam bab terakhir ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar