
Tidak terasa, sudah sepuluh tahun lebih saya menulis untuk televisi. Sebuah perjalanan panjang. Meskipun secara materi tidak menghasilkan sesuatu yang membuat orang berdecak, secara batiniah saya merasa kaya—kendati masih merasa belum menghasilkan apa-apa.
Perjalanan ke televisi diawali perkenalan saya dan teman-teman di Unit Kesenian Mahasiswa IKIP Jakarta—sekarang Universitas Negeri Jakarta—dengan Pak Tridoso. Beliau yang membawa kami untuk berkenalan dengan Harris Cinamon, waktu produser di TPI.
Pak Tri tertarik terhadap kelompok kami, yaitu kelompok Lenong Alternatif, karena kami memiliki tim yang lengkap. Ada penulis, ada pemusik, ada pemain, ada sutradara. Yang paling penting, biarpun cerita yang kami mainkan adalah cerita tradisional—legenda atau dongeng—tapi cerita itu telah saya beri sentuhan baru yang agak nyeleneh.
Misalnya, bila pada cerita Jaka Tarub, si Jaka Tarub pasrah ketak Nawangwulan terbang ke bulan. Maka, pada cerita yang saya buat, Jaka Tarub nekad nyusul ke bulan. Waktu itu saya juga membuatkan lagu tema untuk Jaka Tarub yang syairnya:
Ceritanya Jaka Tarub Nawangwulan
Madu cinta, cinta sejati
Tapi, sayang sayang seribu sayang
Dewa-dewa kagak terima
Biar air mata darah dikeluarin
Dewa-dewa kagak punya ati
Nawangwulan yang cantik dipanggil pulang
Jaka Tarub nyusul ke bulan
Para punggawa Lenong Alternatif masa itu—sekitar 1996 pasti masih ingat. Oya, lenong kami adalah lenong bernaskah, artinya naskah yang kami mainkan adalah naskah lengkap dengan dialognya, bukan hanya treatmen atau sinopsis.
Waktu itu, untuk memainkan lakon lenong di TPI kami berlatih sepeti akan berpentas teater. Kami berlatih dari sore hari hingga larut malam. Wah, benar-benar pejuang, kami waktu itu.
Harris Cinamon dan Pak Tri lalu membawa kami ke TPI. Kami sempat syuting Lenong Alternatif sebanyak 13 epsiode. Syuting pertama, saya ingat benar, terjadi pada bulan puasa tahun 1995. Syutingnya sangat lambat, dimulai sejak bakda magrib baru selesai menjelang Subuh. Capek sekali euy.
Kami lama menunggu, kok, lenong kami tidak pernah ditayangkan oleh TPI. Tunggu punya tunggu, baru tahun 1996, sehari sehabis Lebaran, Lenong Alternatif tayang di TPI. Kami semua gembira. Sayangnya, lenong kami hanya sempat ditayangkan dua episode. Sisanya tidak jelas. Konon, tayangan kami dihentikan karena sarat dengan kritik yang pedas terhadap pemerintahan Soeharto. Tahu sendiri ketika itu TPI milik siapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar