Kita acap mengatakan tidak konsisten ketika ada sesuatu
yang menyimpang dari aturan formal yang kita pahami. Begitu juga yang terjadi
dalam bahasa Indonesia. Orang langsung mengatakan tidak konsisten ketika
menemukan bentuk yang menyimpang dari aturan tata bahasa.
Itu pula yang terjadi dalam sebuah diskusi internal mengenai
bahasa Indonesia di kantor saya. Seorang teman dengan penuh semangat mengatakan
bahwa bahasa Indonesia tidak konsisten. Apa pasal? Teman saya ini melihat, bila
pe- bertemu kata yang diawali
konsonan /h/ menjadi peng- mengapa
ketika bertemu dengan kata hobi menjadi pehobi bukan penghobi
sebagaimana pe+hubung menjadi penghubung, pe+hujat menjadi penghujat, pe+hasut menjadi penghasut, pe+hafal
menjadi penghafal, pe+hormat menjadi penghormat, dan seterusnya.
Sebelum menjawab rasa ingin tahu teman saya, ada
baiknya kita pahami dulu bahwa tata bahasa sejatinya hanya menampung apa yang
ada dalam masyarakat. Aturan-aturan yang dibuatnya berdasarkan data yang hidup
di masyarakat. Dengan begitu, ketika menemukan suatu bentuk yang tidak sesuai
dengan aturan yang ada jangan terburu-buru mengatakan bahwa itu tidak
konsisten. Tetapi, kita harus memahami bahwa itulah yang terjadi dalam realitas
kebahasaan kita. Kita perlu menguji dulu mengapa bentuk itu terjadi. Jangan
sampai kita mengatakan suatu bentuk tidak konsisten hanya karena ketergesaan.
Kembali ke persoalan kita. Karena tata bahasa hanya
menampung realitas bahasa yang ada, artinya pehobi
merupakan bentuk yang memang ada dan hidup dalam masyarakat. Bila mengacu pada argumentasi yang diajukan
teman saya, sudah pasti bentuk ini tidak konsisten. Tunggu dulu. Saya masih
ingat, ada relasi antara me- dengan pem- dan ber- dengan pe-. Mari kita buktikan: kata menulis berelasi dengan penulis,
membeli berelasi dengan pembeli, menubruk berelasi dengan penubruk,
bertani berelasi dengan petani, bertualang berelasi dengan petualang.
Akan halnya pehobi, tampaknya kata
ini diturunkan dari kata berhobi.
Kenapa berhobi? Karena tidak ada
bentuk menghobi sebagaimana tidak ada bentuk menani. Jadi, pehobi adalah bentuk yang benar dan bersistem dalam bahasa
Indonesia. Masih mau mengatakan bahwa itu tidak konsisten.
Agar teman saya tidak sedikit-sedikit mengatakan tidak
konsisten, kita lihat ada juga bentuk lain yang bisa dianggap tidak konsisten.
Mengapa standar+isasi menjadi standardisasi bukan standarisasi, efektif+itas
menjadi efektivitas buka efektifitas, aktif+itas menjadi aktivitas
bukan aktifitas. Itu terjadi karena
yang diserap dari kata-kata tersebut bukan kata dasarnya. Standar merupakan serapan dari standard,
standardisasi merupakan serapan dari standardization
bukannya standar+isasi.
Efektif merupakan serapan dari effective,
efektivitas merupakan serapan dari effectivity
bukannya efektif+itas. Adapun aktif merupakan serapan dari active, aktivitas merupakan serapan dari
activity bukannya aktif+itas.
Semoga saja dengan penjelasannya ini teman saya jadi
tidak mudah untuk mengatakan bahasa Indonesia tidak konsisten. Iya tidak man.