Hal yang paling utama dalam melawak adalah melucu Melawak tanpa melucu adalah suatu kemustahilan. Tapi, apa sebenarnya lucu itu?
Seorang pemimpin pabrik tawa Srimulat, Teguh, pernah berujar bahwa lucu itu aneh. Agaknya, inilah yang mendasari mengapa para pemain Srimulat berpenampilan aneh. Lihat saja penampilan Gogon dengan rambut jambulnya, atau Mamik “Kepodang” Prakoso dengan rambut di sisi kepalanya bak bulu burung. Tentu masih ingat Asmuni dengan kumis caplinnya.
Penampilan seperti itu sejatinya juga untuk mempersiapkan penonton bahwa mereka sedang menonton lawak. Dengan begitu, penonton sudah siap untuk tertawa. Itu dari sisi penampilan. Dari sisi lelucon pun Teguh memegang prinsip yang sama. Lucu itu aneh. Aneh itu menyimpang. Tampaknya, soal yang satu ini, sejalan dengan pendapat bahwa lucu itu sesungguhnya adalah logika yang menyimpang. Ada juga yang menyebut logika mencong.
Jadi, lucu itu bila terjadi suatu ketidaklaziman atau aneh itu tadi। Bila orang berpikir lurus atau linear, maka para pelawak harus membelokkan yang lurus tadi. Pelawak memang harus berpikir tidak seperti orang kebanyakan. Misalnya:
Seseorang mencari susu di sebuah toko.
Penjual : Cari susu apa? Susu sapi, susu
kedelai, atau susu kambing।
Pembeli : Susu kupu-kupu.
Penjual : Mana ada susu kupu-kupu
Pembeli : Ada. Susu kupu-kupu malam
Penjual : ?!?
Mari kita lihat. Ketika penjaga toko mengatakan bahwa memangnya kupu-kupu ada susunya. Ini adalah cara berpikir lurus atau linear. Logika ini kemudian dibelokkan oleh orang yang mencari susu dengan menjawab kupu-kupu malam.
Kelucuan terbangun bukan saja karena logika yang mencong, melainkan juga oleh melompatnya pikiran dari kupu-kupu yang merupakan serangga menjadi kupu-kupu malam yang tentu saja manusia। Hal ini pun sesuai dengan formula set-up dan punch line.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar