Minggu, 22 November 2009

Lawakan Solusi

Terkadang dalam melawak di depan umum kita merasa tidak mampu menyatukan emosi penonton dengan kita. Selain itu, terkadang kita juga suka kehabisan bahan atau ide. Biasanya, para pelawak—paling tidak beberapa pelawak yang sempat saya tanyai—memanfaatkan keadaan di sekelilingnya. Atau, dengan menggunakan jurus lawakan yang paling mudah. Yaitu:


1. Mengartikan kata
Misalnya melawak dalam rangka memperingati hari Pahlawan. Kata pahlawan bisa disingkat dengan memberikan makna baru. Misalnya skrip lengkapnya:

- Kata pahlawan punya artinya tersendiri
+ Atersendiri gimana?
- Pah artinya pahala, la artinya laksanakan, wan artinya perlawanan.
+ Jadi pahlawan artinya apa?
- Pahlawan, pahala yang didapat karena melakukan perlawanan…terhadap penjajah!

Cara seperti ini biasanya efektif menyatukan emosi penonton dengan pelawak. Selain itu, bisa juga nama kepala desa, lurah, atau tokoh masyarakat kita perlakukan seperti itu. Tentunya, dengan artinya yang baik.

2. Kata berujung sama
Selain itu, solusi yang paling gampang lagi adalah dengan mencerocoskan kata-kata yagn berujung sama. Misalnya:

Gue emang orang penting, yang sukanya nglinting, pakenya gunting, dikejar orang sinting, ntar juga dibanting sampe bunting.

Pemakaian kata yang berujung sama—seperti -ting di atas—ternyata mampu mengikat pendengar untuk menunggu kata berikutnya dari si pelawak.



3. Pantun
Pantun sejatinya merupakan lawakan yang paling mudah dan biasanya bias selalu mengundan tawa penonton, minimal tersenyumlah. Tapi, pantun bagaimana yang bisamengundang tawa. Bila kita menggunakan pantun baku seperti:

Tapi, pantun gaul atau pantun yang sampiran dan pilihan katanya sudah akrab dengan kita. Dan buatlah sebias mungkin pantun itu sudah lucu sejak sampiran. Misalnya:Namun, setiap pelawak hampir tidak pernah memakai hanya satu gaya lawakan. Dia bisa memakai beberapa sekaligus.

Tidak ada komentar: